TAPTENG.WAHANANEWS.CO, Jakarta - Bupati Tapanuli Tengah (Tapteng), Masinton Pasaribu, bersama Aktivis 98 lainnya, berkumpul dalam acara bertajuk "Sarasehan Aktivis Lintas Generasi Memperingati Reformasi 1998", di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, pada Rabu (21/5/2025).
Selain Masinton, beberapa pentolan Aktivis 98 tampak hadir diantaranya, Faisol Riza, Habiburokhman, Riza Patria, Immanuel Ebenezer, Qodari, dan Rocky Gerung.
Baca Juga:
Ziarah Kubur Pahlawan Reformasi, Aktivis 98: Jangan Biarkan Elemen Orde Baru Bangkit
Terlihat pula Haris Rusly Moti, Melkiades Laka Lena, Syahganda Nainggolan, Hariman Siregar, Agus Jabo, Sulaiman Haikal, serta Andrianto Andri.
Dihadapan para Aktivis 98, Masinton menyebutkan jika ianya saat ini berada di daerah yang dulunya merupakan bandar perdagangan yang bernama Barus, Tapanuli Tengah, yang juga merupakan titik nol masuknya islam ke Indonesia.
Tapanuli Tengah bukan merupakan kabupaten baru, tetapi sudah ada sejak adanya Keresidenan Tapanuli.
Baca Juga:
TKN Prabowo: Kemunculan Koran 'Achtung' Tanda Ada yang Panik Menang Satu Putaran
"Saya menjadi kepala daerah awalnya tidak ada rencana. Tapi karena sejarahnya dan juga merupakan kampung saya, sehingga mengikuti kontestasi hingga terpilih pada Pilkada tanggal 27 November 2024. Dilantik oleh Presiden RI pada tanggal 20 Februari 2025," kisah Masinton.
Masinton mengungkapkan, banyak persoalan yang ia hadapi saat ini dalam memimpin Tapanuli Tengah, termasuk tata kelola birokrasi dengan komitmen kerjanya.
"Komitmennya sudah saya sampaikan kepada BPK, KPK, dan Kejaksaan. Perencanaan dan penyusunan anggaran program akan kita laporkan. Inilah semangat kita itu, semangat anti korupsi dan perubahan," koar Masinton.
Pada kesempatan itu, Masinton juga memaparkan keinginannya mewujudkan Tapanuli Tengah naik kelas, adil untuk semua.
Sebelumnya, Koordinator Sarasehan, Haris Rusly Moti, menyampaikan ucapan terima kasih kepada Aktivis '98 yang berhadir, terkhusus kepada Melkiades dan Masinton yang jauh-jauh datang ke Jakarta.
Haris menuturkan, sarasehan tersebut dilaksanakan untuk mengenang kisah yang terjadi pada tanggal 21 Mei 1998, dimana saat itu Suharto mundur dari presiden digantikan BJ Habibie.
"Kita ingin demokrasi itu bukan hanya di TPS-TPS, tetapi juga akses terhadap sumber-sumber kekayaan negara harus juga dinikmati oleh masyarakat," ujarnya.
[Redaktur: Hadi Kurniawan]