WahanaNews-Tapteng | Intensitas hujan yang lumayan tinggi pasca Lebaran, membuat petani karet di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) meradang. Pasalnya, petani karet tidak bisa beraktivitas melakukan penyadapan. Air hujan yang membasahi pokok tanaman berbunga golongan famili Euphorbiaceae ini mengganggu proses penyadapan.
Marwanto (48), seorang petani karet di Kecamatan Sibabangun, Tapteng, mengatakan, jika musim penghujan produksi getah karet akan lebih sedikit dibanding saat cuaca normal. Getah yang terkumpul pada wadah penampung akan habis tertimpa air. Pembuluh lateks pada jalur irisan juga akan tertutup air hujan.
Baca Juga:
BMKG: Hujan Petir Mengancam, Sebagian Besar Indonesia Siap-siap Basah!
"Sudah pasti berkurang. Pasalnya kita tidak bisa melakukan penyadapan. Jika pun dipaksakan akan sia-sia," ujar Marwanto, Senin (8/5/2023).
Dijelaskan, saat kondisi cuaca normal, dalam seminggu hasil getah sadapannya bisa mencapai 100 kg lebih. Namun dalam musim penghujan saat ini, getah yang terkumpul hanya sekitar 30 kg saja. Hasil itupun didapat setelah menyiasatinya dengan menuangkan cuka pada wadah penampung agar getah cepat beku.
"Harus rajin-rajin lah melakukan proses pembekuan," tukasnya.
Baca Juga:
Benarkah Hujan Dapat Pengaruhi Perasaan Seseorang? Begini Penjelasan Psikolog
Simanjutak (40), petani karet lainnya, membenarkan jika musim penghujan mempengaruhi produksi getah karet. Petani karet akan kewalahan menutupi kebutuhan pokok rumah tangga. Dalam kondisi seperti ini, pria beranak 3 ini mengaku akan beralih profesi ke pekerjaan lainnya.
"Kalau musim penghujan saya menjadi kernet bangunan," sebutnya. [Hk]