TAPTENG.WAHANANEWS.CO - PANDAN
Mediasi warga Desa Aek Garut terkait postingan media sosial mengenai pungutan terhadap penerima bantuan, yang sedianya berlangsung damai di kantor desa, justru berujung ricuh.
Kegaduhan diduga dipicu intervensi Sekretaris Desa (Sekdes) Herman Harefa yang melarang warga mengumbar masalah ke media sosial.
Baca Juga:
Viral Lantaran Ngaku Tak Takut Istri, Kades Ini Akhirnya Klarifikasi: Kami Takut, Bu...
Proses mediasi yang hampir mencapai titik temu tiba-tiba memanas ketika Sekdes, dalam kondisi emosi, mengumumkan pengunduran dirinya.
"Saya akan mundur dari jabatan ini!" teriaknya.
Situasi semakin tak terkendali dengan aksi anak Sekdes, H. Harefa, di luar kantor desa.
Baca Juga:
Kasus Sertifikat Laut Bekasi, Kades Berperan Mencari Pembeli
Ia dilaporkan memaki dan mengancam seorang wartawan, bahkan melemparkan batu ke arah kerumunan, mengenai dinding kantor desa. Intimidasi dan kata-kata kasar juga ditujukan kepada awak media yang meliput kejadian tersebut.
Remember Marpaung, salah satu wartawan yang berada di lokasi, membenarkan adanya saling adu argumentasi dan intimidasi.
Ia menjelaskan awalnya hanya meminta aparat desa untuk fokus pada mediasi dan tidak mengintimidasi warga, namun justru mendapat respons arogan.
"Mediasi itu diwarnai saling adu argumen dan suara keras, ada juga suara intimidasi oleh keluarga seorang aparatur desa, bahkan mengajak duel pada saya," ujarnya.
Kejadian ini jelas bertolak belakang dengan himbauan Bupati Tapanuli Tengah, Masinton Pasaribu, agar aparat desa melayani masyarakat, bukan bertindak sebagai penguasa.
Kepala Desa Aek Bottar, Eben, menjelaskan kejadian tersebut sebagai kesalahpahaman.
Dirinya menyatakan Sekdes hanya mengingatkan warga agar melaporkan masalah langsung ke kantor desa, bukan ke media sosial.
Eben juga menganggap ancaman dari anak Sekdes sebagai tindakan anak muda dan menegaskan tidak ada kekerasan fisik berkat kehadiran polisi dan Babinsa.
Ia memastikan masalah telah diselesaikan.
"Saya pastikan kejadian tersebut tidak ada kekerasan, justru saya bersama Lae Marpaung, mengantarkan beliau hingga meninggalkan lokasi tanpa ada gangguan sedikit pun dari warga," jelasnya.
Peristiwa ini menjadi sorotan dan diharapkan menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah Tapteng untuk meningkatkan tata kelola pemerintahan desa dan kesadaran akan ketertiban serta keamanan dalam menyelesaikan permasalahan di masyarakat.
[REDAKTUR : HADI KURNIAWAN]