TAPTENG.WAHANANEWS.CO - SIBABANGUN – Dalam penyelidikan terkait dugaan penyebab longsor dan banjir (longdan) yang melanda Daerah Aliran Sungai (DAS) Garoga, tim gabungan Direktorat Tindak Pidana Khusus (Tipidter) Bareskrim Polri dengan Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menemukan satu unit ekskavator berwarna kuning di tepi Sungai Garoga, Desa Muara Sibuntuon, Kecamatan Sibabangun, Tapanuli Tengah, pada Selasa (16/12/2025) sekitar pukul 12.30 WIB.
Penemuan alat berat tersebut dipimpin langsung oleh Kasubdit IV Tipidter Polda Sumatera Utara, Kompol Alan Haikel. Tim penyidik harus melalui tantangan menyeberangi sungai dengan arus deras dan menggunakan kayu untuk mengukur kedalaman sebagai antisipasi sebelum mencapai lokasi.
Baca Juga:
Dari Kecelakaan ke Penangkapan: Jejak Pelarian Kurir Ekstasi 207 Ribu Butir
Ekskavator ditemukan dalam kondisi miring dan diduga ditinggalkan sejak kejadian banjir bandang yang melanda wilayah tersebut pada 25 November 2025 lalu. Setelah tiba di lokasi, penyidik segera melakukan penyegelan dengan memasang garis polisi di sekitar area penemuan.
Basiduhu Zendrato, warga Muara Sibuntuon sekaligus suami Kepala Desa Muara Sibuntuon Senina Simangunsong, mengklaim bahwa ekskavator digunakan untuk pembukaan lahan ketahanan pangan desa tahun anggaran 2025.
Ia juga menyatakan bahwa kebun sawit di sekitar lokasi merupakan milik masyarakat. Namun, posisi alat berat yang berada di tepi sungai dan berdekatan langsung dengan kebun sawit tampak tidak sesuai dengan klaim tersebut.
Baca Juga:
Ribka Tjiptaning Dipolisikan, ARAH Nilai Ucapannya Soal Soeharto Tak Berdasar
Basiduhu juga mengakui bahwa aktivitas penebangan kayu beringin dan karet telah berlangsung cukup lama di lokasi tersebut.
Tim Kemenhut juga menemukan delapan jenis kayu di sekitar area alat berat, sebagian besar berasal dari pohon karet.
Sementara itu, warga Desa Anggoli mengajukan klarifikasi terkait dugaan keterlibatan PT Tri Bahtera Srikandi (TBS) dalam kejadian longdan.
Mereka menegaskan bahwa lokasi kebun perusahaan tersebut tidak mungkin menjadi sumber kayu yang terbawa arus ke Sungai Garoga.
"Sekadar logika saja, bagaimana mungkin kayu dari lahan di sebelah kiri jalan bisa melintasi bukit jalan dan sampai di Sungai Garoga yang berada di arah kanan?" ujar salah satu warga Anggoli, menambahkan bahwa informasi yang menyebutkan kayu dari pegunungan hanyut ke sungai tidak masuk akal.
Ndraha, salah satu warga yang mengungkapkan kondisi geografis area tersebut, menjelaskan bahwa pembukaan lahan di atas gunung dilakukan oleh masyarakat untuk menanam karet dan durian, bukan kelapa sawit.
"PT TBS memang membuka lahan di Kilometer 6, Desa Simansor, namun tidak berada di hulu Sungai Garoga. Ada kebun sawit plasma yang mengalami longsor, tapi tidak ada kayu karena saat pembukaan sudah dimasukkan ke dalam tanah," jelasnya, menegaskan bahwa kayu dari area yang ditebang masih berada di lokasi dan siap diperiksa kapan saja.
Monang Sitompul (62), warga Sibabangun lainnya, juga mendukung klaim tersebut. Menurutnya, jika memang terjadi longsor dari lokasi PT TBS, kayu seharusnya terbawa ke Sungai Sibabangun, bukan Sungai Garoga yang diperkirakan berasal dari Desa Muara dan Desa Sibio Bio.
Kepala Desa Anggoli Oloan Pasaribu menekankan perlunya objektivitas dalam penyelidikan.
"Pihak penyidik Bareskrim Polri harus melihat fakta di lapangan, jangan omon omon dongan serta mari kita membandingkan titik longsor dengan posisi lahan PT TBS, dan jangan menjadikan satu perusahaan saja sebagai kambing hitam," ujarnya.
Sebelumnya, Bareskrim Polri telah memeriksa 16 orang karyawan PT TBS dan tidak menutup kemungkinan menambah jumlah saksi.
Direktur Tindak Pidana Tertentu (Dirtipiter) Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Mohammad Irhamni, menjelaskan bahwa pemeriksaan dilakukan untuk menelusuri pihak yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Saat ini, tim penyidik masih berada di titik longsor Pegunungan Tapian Nauli, sekitar 6 km dari Kecamatan Sibabangun.
Tim yang terdiri dari 3 mobil dengan dukungan Polres Tapanuli Selatan (Tapsel) didampingi oleh kepala desa dan masyarakat harus berjuang melintasi jalan licin dan berlumpur hingga Kilometer 3.
Penetapan tersangka diumumkan akan dilakukan akhir pekan ini.
[REDAKTUR : HADI KURNIAWAN]