Oleh: Rosianna Anugerah Hutabarat
BAGI wanita lansia asal Kelurahan Muara Manompas, Kecamatan Muara Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) ini, usia sepertinya hanya deretan angka-angka yang tidak bisa menghalanginya untuk tetap tajam dalam vitalitas.
Baca Juga:
Miris, Jutaan Lansia Indonesia Masih Bekerja di Usia Senja demi Bertahan Hidup
Menjadi tua itu wajib, tetapi menjaga kondisi tubuh tetap bugar itu opsional. Di usia yang sudah termasuk uzur, nenek 12 cucu ini tetap bersemangat menyongsong sang surya di pagi hari, dan mengiringi mentari saat hendak beranjak ke peraduan.
Filosofi hidup yang selalu ia tanamkan bahwa umur tidak menjadi penghalang untuk terus bermimpi, mencoba hal baru, hingga menikmati hidup. Pola pikir dan semangat akan menentukan kualitas hidup.
Dialah Tiamin Sihombing, wanita kelahiran tahun 1945 yang masih terlihat enerjik di usia delapan puluh tahun. Walau membawa akumulasi tahun di wajah dan tubuh, tak terlihat sedikitpun kerentaan dalam aktivitasnya.
Baca Juga:
64 Lansia di Jambi Diwisuda, Wali Kota Maulana Resmikan Sekolah Lansia Baru
Setiap keriput adalah cerita kehidupan yang indah dan tanda kehidupan yang dijalani dengan baik. Usia senja adalah hadiah yang penuh kebijaksanaan dan pengalaman, tanpa harus mengurangi
vitalitas dan produktivitas. Tiamin tidak akan sudi membiarkan tahun-tahun membebani semangatnya.
Tiamin bukanlah seorang atlet yang setiap hari rutin berolahraga. Kondisi tubuhnya yang sehat dan bugar dicapai melalui kombinasi aktivitas fisik, nutrisi yang baik, dan istirahat yang cukup. Sesekali ia mengkonsumsi minuman tradisional untuk menambah energi.
Alhasil, di usia yang seharusnya sudah pensiun, kondisi fisik Tiamin masih tetap bugar. Sebagai seorang seniman tani yang hebat ia tetap aktif membersihkan berbagai tanaman yang ia tanam di kebunnya, tak kalah dengan petani berusia dewasa. Dia melakukan aktivitas rumah dengan hebat dan telaten.
Namun apa jadinya jika salah satu penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan menyatroninya. Penglihatan Tiamin perlahan memudar. Mata sebelah kiri Tiamin tidak berfungsi dengan baik, ia menderita katarak. Kondisi ini dia alami sejak sepuluh tahun terakhir. Akibatnya, aktivitas Tiamin sebagai seorang petani menjadi terganggu.
Meski telah mengeluhkan keadaan ini kepada keluarga, tetap saja dirinya tak memperoleh solusi. Bagi keenam anaknya, kondisi tersebut hal yang lumrah, mengingat usia sang ibu sudah fase pensiun dari setiap aktivitas di luar rumah. Selayaknya perempuan itu rehat dan berhenti menyandang status pejuang nafkah, digantikan oleh mereka sebagai anak-anaknya.
Namun, bagi perempuan yang lahir tahun 1945 itu, berhenti bekerja hanya akan menimbulkan kebingungan, kebosanan, dan perasaan tidak berguna, yang berujung pada penurunan kesehatan fisik dan mental.
Sebagai petani, janda yang ditinggal wafat suaminya tahun 2011 silam ini, enggan untuk pensiun dari rutinitas yang telah ia lakukan sejak muda. Boru batak ini tidak mau patah arang. Ia berupaya mendapatkan kembali penglihatan seperti masa muda.
Ditengah kebingungan dan kondisi ekonomi yang sulit, secercah harapan menghampiri. Kamis 25 September 2025, Tiamin mendapatkan kabar jika
PT Agincourt Resources, pengelola Tambang Emas Martabe, menggelar operasi kararak gratis, di RS Bhayangkara Batang Toru. Kabar tersebut ia dapatkan dari tetangganya, Rosmeri Sitinjak.
Mendapatkan kabar baik, Tiamin girang bukan kepalang. Bak mendulang emas, kesempatan tersebut tak dilewatkannya. Tanpa pikir panjang, dengan bermodalkan KTP, ia bersama Rosmeri Sitinjak, yang juga penderita katarak, bergerak menjemput mimpi, meraih penglihatannya kembali.
Jumat (26/9/2025), oleh tim dokter, keduanya dinyatakan dapat dioperasi namun harus didampingi keluarga. Bergerak cepat, Tiamin memberitahukan keluarga dan meminta agar mendampinginya saat pelaksanaan operasi.
"Aku langsung menghubungi anak, dan menyuruhnya datang," kata Tiamin, usai proses pembukaan perban penutup mata, di RS Bhayangkara Batang Toru, Sabtu (27/9/2025).
Usai mendapat penggantian lensa mata baru, Tiamin mengaku lega. Penantian panjangnya berbuah manis. Detik per detik dia nikmati, pedihnya proses kapsulorheksis tak digubris demi pulihnya indera penglihatan. Semangat yang kembali membara untuk menantang teriknya mentari, memantapkan langkah menaiki meja operasi.
Setelah keberhasilan operasi katarak, semangat Tiamin kembali membara. Baginya, dunia seolah terlahir kembali dengan warna-warna yang lebih cerah dan detail yang lebih jelas. Ia tak sabar untuk segera mewujudkan rencananya kembali ke ladang.
"Senang sekali, sekarang mataku mulai jelas melihat. Sebentar lagi saya akan kembali menanam sayur, cabai, dan lainnya, agar bisa punya uang sendiri, memberi cucu ku uang jajan," ucapnya.
Kisah Tiamin menjadi inspirasi bagi masyarakat, terutama generasi muda. Tiamin membuktikan bahwa semangat pantang menyerah dan kemauan untuk terus berkarya, dapat mengalahkan segala keterbatasan. Tua bukanlah kelemahan, tetapi kekuatan yang sudah teruji.
[Redaktur: Dzulfadli Tambunan]