Oleh : Masriadi Pasaribu
Sudah delapan puluh tahun Kabupaten Tapanuli Tengah berdiri. Namun, perjalanan panjang itu belum juga mampu menghantarkan daerah ini menuju kemandirian fiskal.
Baca Juga:
Gotong Royong Warga Sialogo dan Masundung, Camat Lumut Turut Hadir
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tapanuli Tengah hingga kini masih didominasi dana transfer dari pemerintah pusat.
Data menunjukkan bahwa pada tahun 2023, total pendapatan daerah mencapai Rp1,17 triliun, dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya Rp84,75 miliar atau sekitar 7,25 persen.
Pada tahun 2024, target PAD sedikit meningkat menjadi Rp91,85 miliar dari total pendapatan Rp1,25 triliun. Namun kontribusinya tetap kecil, hanya 7,4 persen.
Baca Juga:
Tapteng Naik Kelas, Dominasi Penghargaan Lomba Sekolah Siaga Kependudukan Tingkat Provinsi
Artinya, lebih dari 90 persen pendapatan daerah Tapanuli Tengah masih bergantung pada transfer pusat.
Kemandirian fiskal sejatinya adalah indikator penting dalam mengukur kekuatan ekonomi sebuah daerah.
Daerah yang mandiri fiskal berarti mampu mengelola potensi ekonomi, menciptakan sumber pendapatan, dan tidak sekadar bergantung pada dana perimbangan dari pusat.
Namun dalam kasus Tapanuli Tengah, potensi besar yang dimiliki justru belum tergarap maksimal.
Kita tahu, Tapanuli Tengah memiliki garis pantai panjang dengan kekayaan laut melimpah. Sektor perikanan, bila dikelola modern dan berorientasi ekspor, dapat menjadi sumber PAD yang signifikan.
Selain itu, sektor pariwisata juga menyimpan daya tarik. Pulau Mursala, Pantai Pandan, hingga situs sejarah Barus sebagai pusat peradaban islam dan rempah dunia.
Potensi ini seharusnya bisa diolah menjadi magnet investasi dan penyumbang pajak daerah.
Belum lagi sektor perkebunan dan pertanian yang menjadi tulang punggung masyarakat, tetapi belum diarahkan pada hilirisasi, sehingga nilai tambahnya masih bocor keluar daerah.
Sayangnya, potensi tersebut terbentur pada sejumlah persoalan klasik. Infrastruktur dasar yang terbatas, investasi yang lamban, serta tata kelola pemerintahan yang sering kali tidak efisien.
Jalan-jalan ke sentra produksi banyak yang rusak, pelabuhan dan akses logistik belum modern, listrik dan jaringan komunikasi belum merata.
Kondisi ini membuat investor enggan menanamkan modal. Akibatnya, ekonomi daerah tidak tumbuh optimal dan basis pajak tetap sempit.
Lebih dari itu, Tapanuli Tengah juga menghadapi tantangan sumber daya manusia. Kualitas tenaga kerja belum banyak terserap di sektor produktif.
Birokrasi pun masih perlu dibenahi, terutama dalam hal pelayanan publik dan transparansi anggaran. Selama hal-hal ini belum ditangani, kemandirian fiskal akan sulit tercapai.
Namun, pesimisme bukanlah jalan keluar. Justru momentum delapan dekade ini harus menjadi titik balik bagi Tapanuli Tengah, yang hari ini merayakan hari jadinya.
Pemerintah daerah harus berani melakukan terobosan. Optimalisasi PAD bisa dilakukan dengan menghidupkan BUMD yang bergerak di sektor strategis seperti pariwisata, perikanan, dan energi terbarukan. Regulasi perizinan harus disederhanakan agar investor merasa nyaman.
Selain itu, sektor UMKM dan desa wisata harus diberdayakan sebagai tulang punggung ekonomi rakyat.
Kemandirian fiskal memang tidak tercapai dalam semalam. Ia membutuhkan perencanaan matang, konsistensi kebijakan, serta keberanian untuk mengubah pola lama yang serba bergantung pada pusat.
Tapanuli Tengah memiliki segala modal. Sejarah panjang, sumber daya alam melimpah, dan letak strategis di pesisir barat Sumatera.
Tinggal bagaimana pemerintah dan masyarakat mampu bersinergi untuk menjadikan potensi itu sebagai kekuatan ekonomi nyata.
Jika langkah ini dijalankan dengan serius, Tapanuli Tengah tidak hanya akan keluar dari ketergantungan fiskal, tetapi juga bisa naik kelas menjadi daerah yang kuat, mandiri, dan berdaya saing.
Delapan puluh tahun adalah waktu yang panjang. Sudah saatnya Tapanuli Tengah menutup bab ketergantungan, dan membuka lembaran baru menuju kemandirian fiskal.
Horas....... Tapteng Naik Kelas. Selamat Hari Jadi Kabupaten Tapanuli Tengah ke-80.
[Redaktur: Dzulfadli Tambunan]