Tapsel.WahanaNews.co, Paluta - Tim Ombudsman Sumatera Utara (Sumut) melaksanakan peninjauan langsung terhadap SD Negeri 100420 yang berlokasi di Dusun Sialang Napa, Desa Singanyal, Kecamatan Dolok, Kabupaten Padang Lawas Utara. Sekolah Kelas Jauh (filial) ini sempat menjadi perbincangan hangat di media sosial karena gedungnya nyaris tanpa atap dan dinding. Kunjungan tersebut dilaksanakan pada hari Selasa (03-10-2023).
Ketika Tim Ombudsman tiba, terdapat 41 siswa yang sedang mengikuti proses belajar mengajar di sekolah yang hanya memiliki dua ruang kelas tersebut. Satu ruangan dihuni oleh tiga kelas, yaitu Kelas 1, 2, dan 3, yang ditempatkan dalam satu ruang kelas yang terbatas. Demikian pula, Kelas 4, 5, dan 6 juga menempati satu ruangan yang berukuran kecil.
Baca Juga:
PJ Bupati Deli Serdang Tinjau Pembangunan Jalan dan Bendungan Lau Simemei di Kecamatan Sibolangit dan Biru Biru
"Inilah gedung sekolah yang baru dibangun, hanya terdiri dari dua ruang kelas yang berukuran sempit. Namun, dua ruangan kecil ini menjadi tempat belajar bagi 41 siswa dari Kelas 1 hingga Kelas 6," jelas Dedi Dores Ritonga, salah satu guru honorer.
Dedi menjelaskan bahwa gedung sekolah sederhana dengan dinding papan dan atap seng ini merupakan pengganti gedung sekolah lama yang sempat viral karena hampir tidak berdinding dan beratap. "Lokasi gedung lama masih berada di Desa Singanyal," tambah Dedi.
Menurut Mahyudin Nasution, terdapat masalah dengan pemilik lahan pertapakan di lokasi gedung lama, sehingga masyarakat sepakat untuk memindahkan gedung sekolah ke tempat baru. "Tempatnya di sini, di Simpang PT. Tanahnya saya hibahkan," tegas Mahyudin.
Baca Juga:
Pj. Bupati Tapteng Tinjau Progres Pembangunan RTLH di Desa Pasar Sorkam dan Desa Madani
Pembangunan gedung sekolah baru ini merupakan hasil dari gotong-royong masyarakat. "Tanah pertapakannya saya hibahkan, kemudian warga lain ada yang menyumbang seng, papan, dan lain-lain. Akhirnya, terbangunlah seperti ini, hanya dua ruang kelas. Bahkan, masih ada warga yang memiliki utang karena menyumbang untuk pembangunan gedung sekolah ini," ungkap Mahyudin.
INFRASTRUKTUR JALAN
Orang tua siswa mengungkapkan bahwa pendirian sekolah jarak jauh (filial) ini bermula pada tahun 2009. Hal ini disebabkan oleh jarak yang terlalu jauh antara sekolah induk dan perkampungan penduduk.
"Jarak antara perkampungan penduduk dan sekolah induk SD Negeri 100420 Desa Singanyal mencapai 10 km. Sementara itu, kondisi infrastruktur jalan sangat rusak parah," tegas Mahyudin.
Jalan yang menghubungkan sekolah induk dengan perkampungan memiliki permukaan tanah liat, sehingga sangat licin, terutama saat musim hujan. Jalan tersebut bahkan menjadi tidak dapat dilalui. Menurut Mahyudin, inilah yang mendorong masyarakat untuk berswadaya dalam membangun gedung sekolah pada tahun 2009 guna membuka kelas jauh (filial).
Namun, hingga saat ini, kondisi jalan tersebut belum juga mengalami perbaikan. "Ini merupakan jalan provinsi; oleh karena itu, kami berharap agar jalan ini mendapatkan perhatian yang semestinya," ujar Mahyudin yang didukung oleh warga lainnya.
[Redaktur : Hadi Kurniawan]