TAPTENG.WAHANANEWS.CO - SORKAM
Suasana perayaan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia di Pantai Binasi, pada tanggal 17 Agustus 2025, berubah menjadi insiden yang tidak menyenangkan bagi sekelompok keluarga asal Muara Bolak, Kecamatan Sosor Gadong.
Niat untuk merayakan tradisi bakar-bakar di tepi pantai berujung pada kericuhan akibat tindakan sejumlah oknum warga setempat.
Baca Juga:
Kementerian PU Tanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Rakyat
Menurut keterangan salah satu anggota rombongan, kejadian bermula sekitar pukul 14:15 WITA. Setibanya di lokasi pantai yang dikenal dengan dermaga rusaknya, rombongan keluarga tersebut memulai persiapan bakar-bakar tanpa adanya teguran atau himbauan dari pihak mana pun mengenai larangan aktivitas tersebut.
"Kami memilih Pantai Binasi untuk merayakan 17 Agustus dengan bakar-bakar, seperti tradisi yang biasa kami lakukan. Awalnya, tidak ada masalah atau larangan dari siapa pun," ujar Putralio Rambe saat di konfirmasi awak media ini pada Minggu (17/8/2025) malam.
Namun, suasana berubah ketika seorang ibu mendatangi rombongan tersebut dan menyampaikan larangan dengan nada yang kurang sopan.
Baca Juga:
Kementerian PU Libatkan Masyarakat Dalam Irigasi, Jalan Nasional, dan Sampah Lingkungan
Alasan pelarangan tersebut adalah adanya "undang-undang" yang dibuat oleh lurah setempat dan ditempel di warung-warung.
Rombongan tersebut tidak menghiraukan larangan tersebut karena merasa tidak ada peraturan yang sah mengenai hal itu.
"Kami tahu tidak ada peraturan yang jelas melarang bakar-bakar di pantai. Jadi, kami tetap melanjutkan kegiatan kami," lanjutnya.
Tidak lama kemudian, suami dari ibu tersebut datang dan menyiramkan pasir ke api yang sudah menyala, mengenai makanan yang hendak dibakar.
Aksi ini tidak sempat terekam karena ponsel belum siap. Setelah itu, datang lagi seorang wanita lain dari warung terdekat yang juga melarang mereka dengan alasan yang sama.
Puncak dari insiden ini terjadi ketika seorang pria bertopi datang dan menendang api unggun mereka, seperti yang terekam dalam video amatir. Tindakan ini memicu kemarahan dari rombongan keluarga tersebut dan hampir menyebabkan bentrokan fisik.
"Kami sangat kecewa dan marah dengan tindakan mereka. Kami merasa tidak dihargai sebagai pengunjung yang ingin merayakan kemerdekaan," ungkap ujar Putra.
Untuk menghindari konflik lebih lanjut, rombongan keluarga tersebut memutuskan untuk mengalah dan meninggalkan lokasi.
Mereka terpaksa membeli ayam baru karena ayam yang sebelumnya sudah terkena pasir.
Selain itu, mereka juga merasa dirugikan karena telah memesan enam porsi Indomie telur dari warung ibu yang pertama kali datang komplain.
Insiden ini menimbulkan kekecewaan mendalam bagi rombongan keluarga tersebut dan menjadi sorotan di media sosial setelah video kejadian tersebut viral.
Banyak warganet yang menyayangkan tindakan oknum warga tersebut dan berharap ada penyelesaian yang baik dari pihak terkait.
[REDAKTUR : HADI KURNIAWAN]