Tapteng.WahanaNews.co, Tapanuli Tengah - PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe, bertekad untuk mengembangkan perekonomian lokal di wilayah operasionalnya. PTAR konsisten mendorong perekonomian masyarakat lokal melalui pengembangan usaha, demi menjalankan tanggung jawab sosial yang diemban.
Hingga kini, PTAR telah menjadi mitra pemerintah untuk memajukan perekonomian masyarakat, dengan memberikan pendampingan dan pembinaan kepada usaha produktif dalam Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Baca Juga:
RI Pamerkan Cara Baik Atasi Pencemaran Danau Toba di WWF Bali
Data terbaru menunjukkan bahwa hingga tahun 2024, 15 desa di sekitar tambang telah mendapatkan manfaat dari PTAR, di mana masyarakatnya diberikan pendampingan dan pembinaan agar mampu mengelola usaha secara mandiri. Kecamatan Batangtoru dan Kecamatan Muara Batangtoru, Tapanuli Selatan, merupakan daerah yang secara rutin menerima pendampingan.
Salah satu bentuk dukungan PTAR adalah melalui Koperasi Sarop Do Mulana (SDM), perusahaan furnitur yang memanfaatkan limbah kayu palet bekas tambang untuk diproduksi menjadi produk bernilai ekonomis seperti kursi, meja, dan benda lain.
PTAR menawarkan kepada pemuda di lingkungan sekitar yang menjadi anggota dari Komunitas Mandiri dan Produktif (Comapro) yang akhirnya berubah menjadi Koperasi Sarop Do Mulana. Koperasi ini memanfaatkan limbah kayu palet bekas Tambang Emas Martabe yang tidak digunakan lagi.
Baca Juga:
10 Aki Raib dari Truk Sampah DLH Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah
PTAR berencana menjadikan Koperasi Sarop Do Mulana sebagai mitra dan tempat pendampingan tambang, di mana limbah kayu palet bekas pemakaian akan diolah menjadi sawdust, furnitur rumah tangga, dan pernak-pernik lainnya. Fasilitas seperti alat pertukangan dan mesin pencacah disediakan oleh PTAR untuk membantu Koperasi SDM menghasilkan produk dengan lebih baik.
"PTAR membantu Koperasi ini dengan membangun beberapa fasilitas seperti alat pertukangan dan mesin pencacah, juga fasilitas untuk mengolah sampah palet dari PTAR menjadi produk turunan seperti furnitur, sawdust, dan produk kerajinan lainnya," kata Local Economic Development PTAR, Sandy.
Menurut Sandy, sekitar 10 ton sawdust dihasilkan oleh Koperasi Sarop Do Mulana setiap bulannya dan dipasok ke PTAR. Sawdust ini digunakan sebagai bahan untuk menghijaukan area bekas eksplorasi. Sawdust ini dikemas dalam goni berisi 50 kilogram dan dikirim ke Departemen Lingkungan Tambang Emas Martabe. Serbuk ini kemudian dicampur menjadi pupuk organik dan bahan lainnya.
Tambang Emas Martabe juga memberikan beberapa pelatihan seperti pembuatan furnitur berbahan palet bekas berbasis 3R, pelatihan komputer, pelatihan manajemen keuangan, pendampingan organisasi, dan lainnya pada Koperasi Sarop Do Mulana.
Menjalin kerjasama dengan PTAR selama sekitar lima tahun, Sidik Tanjung, Sekretaris Koperasi Sarop Do Mulana, mengungkapkan bahwa mereka telah merasakan banyak manfaat. Koperasi SDM bisa memperoleh ribuan kotak palet secara gratis dari PTAR. Kotak-kotak ini dimanfaatkan menjadi sawdust dan mebel atau furniture.
"Palet yang kayunya sudah lapuk akan diolah menjadi serbuk, dengan mesin pencacah yang merupakan bantuan dari PTAR. Serbuk atau sawdust ini kita jual ke Divisi Environment PTAR," ucapnya sambil tersenyum.
Sidik juga menambahkan bahwa Koperasi SDM memproduksi Furnitur puluhan set dalam sebulan, seperti meja kursi, rak bunga, sofa, kotak tisu, rak bumbu, dan lain-lain, dengan bahan semua dari palet. Warga yang ingin membeli kayu palet dengan harga bervariasi dapat menemukannya di lokasi koperasi.
Sidik memiliki harapan dan keinginan yang kuat untuk melihat usaha Koperasi Sarop Do Mulana berkembang dan memiliki pasar sendiri untuk produk yang dihasilkan. "Kami berharap usaha ini berkembang dan memiliki pasar untuk hasil produksi SDM dan bisa menembus pasar nasional," ucapnya.
Koperasi Sarop Do Mulana telah berhasil meraih omset sebesar Rp 273 juta pada tahun 2023 lalu, yang meningkat 25 persen dari tahun sebelumnya. Rata-rata omset per bulannya adalah sekitar Rp17 juta.
"Satu set meja kecil beserta empat bangku dijual dengan harga Rp500 ribu. Sedangkan untuk set meja sedang dengan 6 bangku dijual dengan harga Rp2 juta. Steleng kaca dengan ukuran tinggi 170 cm dan panjang 190 cm serta lebar 60 cm dijual dengan harga Rp3 juta," ujar Sidik pada Rabu (7/3/2024) kemarin di lokasi koperasi.
[Redaktur: Hadi Kurniawan]