TAPTENG.WAHANANEWS.CO - SIBOLGA
Duka menyelimuti keluarga besar SMA Katolik Sibolga menyusul meninggalnya Ferdinan Jhon Paul Aritonang (17), siswa kelas XI, akibat tenggelam di Kolam Renang GOR Aek Parombunan, Jumat (16/5) pukul 16.30 WIB.
Kejadian ini terjadi saat sekolah sedang melaksanakan ujian praktik renang untuk siswa kelas XI.
Baca Juga:
Jaga Semangat Kekeluargaan dan Kebersamaan, Polres Sibolga Kunjungi Purnawirawan dan Warakawuri Polri
Menurut keterangan saksi, Ferdinan ditemukan tenggelam di dasar kolam yang memiliki kedalaman 2,5 meter. Guru olahraga, Ivan Simanjuntak, yang pertama kali menemukan Ferdinan langsung melakukan pertolongan pertama berupa CPR.
Meskipun sempat bernapas dan muntah, Ferdinan tak sadarkan diri.
Ferdinan segera dilarikan ke Rumah Sakit Dankesyah 01.04.01.02 Sibolga, namun karena keterbatasan peralatan medis, ia dirujuk ke Rumah Sakit Metta Medika II Sibolga.
Baca Juga:
Polsek Sibolga Sambas Selesaikan Kasus Penganiayaan Melalui Restorative Justice
Sayangnya, setibanya di sana, pukul 16.55 WIB, Ferdinan dinyatakan meninggal dunia.
Jenazahnya kemudian dibawa ke rumah duka di Desa Poriaha, Kabupaten Tapanuli Tengah, pukul 18.15 WIB.
Hasil pemeriksaan luar oleh dr. Rozi di IGD Rumah Sakit Metta Medika II Sibolga menunjukkan tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik pada tubuh korban.
Kematian diduga disebabkan oleh tenggelam. Pihak keluarga telah membuat surat pernyataan untuk tidak melakukan otopsi.
Polisi dari Sat Reskrim dan Polsek Sibolga Selatan telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), melakukan penyelidikan, dan mewawancarai sejumlah saksi, termasuk guru olahraga, Krisno Nadeak dan Ivan Simanjuntak, serta beberapa siswa yang turut mengikuti ujian renang.
Keterangan saksi-saksi beragam, sebagian melihat Ferdinan tenggelam, sebagian lagi tidak menyaksikan secara langsung peristiwa tersebut.
Namun, kesaksian para saksi sepakat bahwa pertolongan pertama telah diberikan secepatnya.
Kejadian ini menyoroti pentingnya keselamatan dan pengawasan yang ketat di fasilitas kolam renang publik, termasuk ketersediaan peralatan medis yang memadai dan pelatihan pertolongan pertama yang terstandarisasi bagi para pengawas.
Pihak sekolah dan pengelola kolam renang diharapkan dapat bekerja sama untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
[REDAKTUR : HADI KURNIAWAN]