TAPTENG.WAHANANEWS.CO - SIBABANGUN
Warga Desa Anggoli, Kecamatan Sibabangun, Tapanuli Tengah, mengajukan pertanyaan mendalam terkait dugaan keterlibatan PT Tri Bahtera Srikandi (TBS) dalam kejadian longsor dan banjir yang melanda wilayah Garoga yang menurut mereka tidak ada kaitannya.
Baca Juga:
Tanggapi Mensos, Denny Sumargo Nilai Penggalangan Dana Bencana Sebaiknya Berizin
Mereka menegaskan bahwa lokasi kebun perusahaan tersebut tidak mungkin menjadi sumber kayu yang terbawa arus ke Sungai Garoga.
Ama Lea Ndraha, salah satu warga Anggoli, menjelaskan berdasarkan posisi geografis yang jelas.
Baca Juga:
RSUI Bantu RSUD Aceh Tamiang Pascabencana Banjir Bandang: Alat Medis Rusak Parah
"Logika saja, lokasi PT TBS berada di sebelah kiri jalan yang dulunya menjadi akses menuju Pegunungan Tapian Nauli. Bagaimana mungkin lahan yang longsor dari sebelah kiri bisa membawa kayu ke arah kanan jalan dan sampai di Sungai Garoga? Kayu tidak mungkin terbang melintasi gunung," ucapnya dengan tegas pada Selasa (16/12/2025) di dusun III Anggoli saat melintas.
Menurut Ndraha, informasi yang beredar di media mengenai kayu dari pegunungan yang hanyut ke sungai tersebut tidak masuk akal.
Ia memastikan bahwa pembukaan lahan di atas gunung dilakukan oleh masyarakat untuk menanam karet dan durian, bukan kelapa sawit.
"PT TBS memang membuka lahan seluas 67 hektar di Kilometer 6, namun berada di atas Desa Simansor, bukan di hulu Sungai Garoga. Ada kebun sawit milik perusahaan dan juga plasma yang pernah mengalami longsor, tapi tidak ada kayu yang terbawa karena saat pembukaan, kayu sudah dimasukkan ke dalam tanah," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa kayu dari area yang ditebang di pegunungan masih berada di lokasi lahan dan siap untuk diperiksa kapan saja.
Monang Sitompul, warga Sibabangun lainnya, juga mendukung pendapat tersebut.
Menurutnya, lokasi PT TBS jika terjadi longsor seharusnya akan mengalir ke Sungai Sibabangun, bukan Garoga.
"Saya kira sumber longsoran yang membawa kayu ke Sungai Garoga berasal dari pegunungan Desa Muara dan Desa Sibio Bio," ujarnya.
Kepala Desa Anggoli Oloan Pasaribu juga mengajukan kritikan terkait penetapan dugaan sumber bencana.
"Jangan melakukan diskriminasi terhadap satu perusahaan saja hanya untuk mencari kambing hitam. Pihak penyidik Bareskrim Polri harus melihat fakta di lapangan, membandingkan titik longsor dengan posisi lahan PT TBS," tegasnya.
Sebagaimana telah dilaporkan sebelumnya, Bareskrim Polri telah memeriksa 16 orang karyawan PT TBS dan tidak menutup kemungkinan menambah jumlah saksi seiring perkembangan penyidikan.
Direktur Tindak Pidana Tertentu (Dirtipiter) Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Mohammad Irhamni, menjelaskan bahwa pemeriksaan bertujuan untuk menelusuri pihak yang bertanggung jawab.
Saat ini, tim penyidik Bareskrim Polri sedang berada di titik longsor Pegunungan Tapian Nauli Kecamatan Sibabangun Kabupaten Tapanuli Tengah Sumatera Utara, sekitar 6 km dari Kecamatan Sibabangun.
Terpantau, Tim yang terdiri dari 3 mobil didampingi personil Polres Tapsel, serta Kepala Desa Anggoli, Simansor, sempat menghadapi kendala karena jalan licin dan berlumpur di Kilometer 3.
[REDAKTUR : JOBBINSON PURBA]