William Marsden dalam "The History of Sumatera" (1811) mencatat Sumatera Barat menerima 10.000 on emas dari 1.200 tambang di pedalaman, dengan setiap tambang bernilai ekonomi 1 juta gulden! Angka yang fantastis untuk masa itu.
Aceh pun tak kalah, dengan ratusan tambang emas yang menghasilkan emas 24 karat, seperti yang dicatat Denys Lombard dalam "Kerajaan Aceh" (1986).
Baca Juga:
Khusus Jaga Keamanan Kota Nusantara, TNI Kerahkan 100 Prajurit
Catatan Agustin de Beaulie bahkan lebih mengejutkan, menyebutkan lapisan tanah di Aceh yang kaya emas, bahkan dalam bentuk gumpalan!
Eksploitasi Kolonial dan Lahirnya Pengusaha Emas
Periode kolonialisme Belanda menandai babak baru dalam sejarah pertambangan emas di Sumatera. Belanda mengeksploitasi kekayaan alam ini secara besar-besaran, menjadikan emas sebagai sumber pendapatan utama selain rempah-rempah.
Baca Juga:
Menteri Kebudayaan Fadli Zon: Akulturasi Budaya Tionghoa Beri Dampak bagi Nusantara
Penduduk lokal pun turut serta dalam pengolahan dan penjualan emas, melahirkan pengusaha-pengusaha kaya raya yang kemudian berkontribusi pada pembangunan Indonesia pasca kemerdekaan.
Dari Legenda ke Realita: Warisan Kaya Raya Nusantara
Kisah pulau emas ini bukan hanya sekadar legenda, tetapi juga bukti nyata kekayaan alam Indonesia.