Setelah menempuh jarak 35 kilometer, Eliya bersama rombongan tiba di kota kecil Batang Toru. Eliya turun dari bus, berjalan perlahan sembari menatap dinding rumah sakit yang dimonopoli warna putih.
Walau bokong terasa penat akibat terlalu lama duduk di bangku bus, Eliya mencoba menghirup udara pagi, berharap mendapatkan oksigen segar untuk otak dan tubuh. Beruntung, kualitas udara pagi itu cukup mendukung.
Baca Juga:
Kisah Perjuangan Mpok Alpa Melawan Kanker, Pesan Penting untuk Deteksi Dini
Tak ada hambatan berarti, hingga Eliya naik meja operasi. Dokter spesialis mata dari RS Mata Mencirim 77 Medan, dengan cekatan menganti kedua lensa mata Eliya. Belasan menit, mata Eliya tuntas dioperasi.
"Kembalikan ketajaman penglihatanku ya Allah," ucap Eliya dalam doa, usai turun dari meja operasi.
Sabtu 27 September 2025, dibantu anaknya, Eliya membuka perban pelindung. Kelebat sinar menyusup organ penglihatan Eliya. Sedikit ragu, ia mengedipkan dan memutar organ berbentuk bola di dalam rongga matanya.
Baca Juga:
Kemensos Gencarkan Operasi Katarak Gratis Bagi Lansia
Awalnya, media yang terlihat masih buram. Perlahan semakin jelas dan terang. Seiring adaptasi bola mata terhadap cahaya yang masuk, penglihatan Eliya kembali membaik.
Girang, Eliya sujud mengumandangkan lafadz syukur. Keinginan untuk kembali beraktivitas membuncah. Walau hanya sebagai ibu rumah tangga, ia meyakini posisinya dapat menjadi kunci kesejahteraan dan stabilitas ekonomi keluarga.
Tidak ada lagi kendala untuk kembali beraktivitas sebagai petani usia produktif. Tangan dingin dokter RS Mata Mencirim 77 Medan telah mengembalikan penglihatan Eliya. Perjalanan menjemput lentera yang disediakan Tambang Emas Martabe hingga puluhan kilometer, terbayar tuntas.