Sejarah lain tercipta di saat Sugeng memainkan lakonnya di bumi Tapanuli Tengah. Muslimin Hutapea, qori asal Tapteng meraih juara 1 cabang Tilawah Quran kategori dewasa putra MTQ ke-39 Tingkat Provinsi Sumatera Utara tahun 2024. Selama perhelatan MTQ tingkat Provinsi Sumatera Utara yang telah diselenggarakan sebanyak 38 kali, belum ada qori dan qoriah asal Tapteng yang mampu meraih juara pada garis maksimal. Ini artinya, pria yang selalu menyasar masjid untuk menjadi Khatib Jumat ini, berhasil memecahkan telur sekaligus melambungkan nama Tapteng di kancah nasional.
Tidak hanya sukses melakukan transformasi pemerintahan serta membangun peradaban baru, Sugeng juga mampu mengendalikan stabilitas politik selama tahapan Pilkada Tapteng 2024, sekaligus menciptakan demokrasi yang sehat. Kendati disebut-sebut akan menjadi Pilkada terpanas, seluruh tahapan Pilkada Tapteng berlangsung dengan aman dan terkendali. Semua berkat upaya Forkopimda Tapanuli Tengah, yang bekerja ekstra menjaga stabilitas keamanan selama tahapan Pilkada 2024.
Baca Juga:
Soal Sugeng IPW Laporkan Ganjar ke KPK, Ini Respons Mahfud MD
Sebagai seorang birokrat plus teknokrat ulung, kepiawaian Sugeng kembali diuji saat tidak tercapainya kesepakatan antara Pemkab dengan DPRD Tapteng, terkait Rancangan Perda tentang APBD 2025. DPRD Tapteng yang mencoba mengulur bola dibuat gigit jari. Sugeng mengambil langkah spektakuler dengan menyusun Rancangan Perkada tentang APBD 2025. Legislator Tapteng yang mayoritas masih dipengaruhi elit lama, tercengang dengan overlapping yang dimainkan Sugeng. Politisi-politisi ini lupa jika Sugeng bagian dari laskar Mataram yang lihai memainkan bola. Dampaknya, sanksi administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak keuangan Anggota DPRD Tapteng selama enam bulan, sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 312 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kemungkinan besar akan diberlakukan.
Walau sukses memimpin penyelenggaraan pemerintahan, tidak jarang, putra Kulon Progo itu terlihat merenung. Kegelisahan nampak jelas di wajahnya. Kekhawatiran akan masa depan Tapanuli Tengah setelah ianya nanti kembali ke negeri asal. Sugeng sadar, tak selamanya bisa menakhodai Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah. Ia hanya seorang penjabat bupati yang harus kembali ke korps adyaksa. Pasca pelaksanaan Pilkada 2024, tongkat kepemimpinan harus diserahkan kepada bupati terpilih.
Baca Juga:
Sugeng Riyanta Sedih Melihat Kondisi Warga Korban Premanisme
Kadung cinta dengan Tapteng, gelombang doa ia panjatkan kepada Sang Khalik, berharap Pilkada Tapteng 2024 melahirkan pemimpin yang memiliki visi dan misi meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, serta mampu merealisasikan program-program yang bermanfaat. Pemimpin yang tidak hanya 'nguwasani', tetapi juga 'ngayemi' dan 'ngayomi'. Bukan pemimpin hore yang menjadi kacung penganut faham Machiavelli.
"Tugas saya membawa Tapteng menuju pintu gerbang kemerdekaan yang sesungguhnya telah saya tunaikan. Saya berharap, Pilkada Tapteng melahirkan pemimpin yang bisa mengisi kemerdekaan itu dengan program-program pro rakyat. Pemimpin yang mampu membawa Tapteng naik kelas," ucap Sugeng.
Sebegitu besarnyakah cinta Sugeng terhadap negeri wisata sejuta pesona, sehingga ia rela syahid hanya untuk membawa Tapteng bangkit dari tidur panjangnya? Berbuat baik memang penuh dengan resiko. Namun cinta Sugeng terhadap Tapteng melebihi konsekwensi apapun jika mengatasnamakan sebuah kebajikan. Yang pasti, cinta Sugeng kepada Tapteng lebih besar dari gerombolan penjarah uang rakyat, yang bertamengkan slogan putra daerah.