Amin mengungkapkan, mayoritas warga Sibabangun yang berdomisili di sepanjang pinggiran sungai, memanfaatkan sungai Sibabangun untuk aktivitas MCK.
Jikapun ada kamar mandi di rumah masing-masing, pasokan airnya tetap berasal dari sungai Sibabangun. Namun, beberapa tahun terkahir, aktivitas MCK dan kegiatan rumah tangga masyarakat terganggu, akibat seringnya air sungai Sibabangun keruh dan bahkan berbau.
Kondisi ini juga berimbas pada kearifan lokal masyarakat setempat. Sungai Sibabangun yang dimanfaatkan sebagai kawasan budi daya ikan melalui kearifan lokal lubuk larangan, produksinya menurun. Ditenggarai, menurunnya hasil panen diakibatkan air sungai yang cercemar limbah.
Baca Juga:
Banjir di Perumahan Bimer Regency 4, Air Masuk dari Celah Keramik
"Kemungkinan akibat dari kualitas air yang menurun, sehingga menghambat perkembangbiakan ikan," tukasnya.
Maneger PT Bintang Nauli Pratama, Sopyan Sihombing, yang dihubungi melalui sambungan selluler, mengatakan jika pihaknya sudah lama tidak membuang limbah ke sungai Sibabangun. Sopyan juga menegaskan jika pabrik kelapa sawit yang dipimpinnya tidak serampangan melakukan pembuangan limbah.
"Inikan lagi musim kemarau, air sisa proses yang ada di kolam penampungan akan menyusut sendiri," jelas Sopyan.
Baca Juga:
Sungai Sibabangun Tercemar, PT TBS Anggoli Akan Didemo
Sementara, Maneger PT Tri Bahtera Srikandi (SAGO GROUP), Kurniawan, yang dikonfirmasi melalui aplikasi WhatsApp, belum bersedia memberikan komentar. Walau ada tanda ceklis 2 warna biru, Kurniawan sepertinya enggan untuk menanggapi. [Hk]