Proyek kompensasi ini, yang diperkirakan mencakup sekitar 3.700 hektare, merupakan implementasi tahap akhir dari hierarki mitigasi internasional, dirancang untuk mengimbangi dampak keanekaragaman hayati yang tidak dapat dihindarkan, dengan melindungi dan memulihkan kawasan yang lebih luas dan bernilai ekologis tinggi.
“Komitmen kami melampaui batas operasional tambang. Dengan menetapkan 2.000 hektare area di
dalam konsesi sebagai refugia yang dikelola, serta mengembangkan proyek offset berskala besar," ujar Ruli.
Baca Juga:
Program Martabe Chicken Farm, Agincourt Resources Tanam Jagung di Lahan Seluas 20 Hektare
Ia juga memastikan jika pihaknya melakukan perlindungan jangka panjang bagi ekosistem Batang Toru. Langkah ini merupakan upaya ilmiah dan strategis untuk memberikan dampak positif bersih terhadap keanekaragaman hayati.
Masih kata Ruli, komitmen PTAR terhadap perlindungan lahan tersebut diperkuat dengan berbagai inisiatif berbasis sains dan inovasi antara lain:
Konektivitas Ekologis:
PTAR secara berkelanjutan memasang jembatan arboreal dilengkapi dengan kamera jebak (camera trap) di area-area yang terfragmentasi untuk memastikan pergerakan aman bagi satwa arboreal serta menyediakan data penting bagi riset konservasi.
Baca Juga:
Operasi Katarak Gratis Martabe, Konsistensi Arnima Gulo Menjalankan Peran Ganda
Pengawasan Ahli Independen:
Seluruh strategi konservasi PTAR diawasi oleh Biodiversity Advisory Panel (BAP) yang terdiri atas ilmuwan terkemuka Indonesia dan internasional.
Pusat Riset Lapangan:
PTAR juga telah mendirikan stasiun riset orangutan dan laboratorium khusus di dalam area tambang untuk mendukung kegiatan riset berbasis bukti (evidence-based conservation) di ekosistem Batang Toru.
Sesi “Beyond Extraction”, yang juga menghadirkan sejumlah perusahaan produksi besar Indonesia, menekankan potensi lanskap industri untuk berfungsi sebagai refugia penting bagi spesies langka.