TAPTENG.WAHANANEWS.CO, Pandan - Korban dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang terjaring di salah satu kafe di Desa Sijungkang, Kecamatan Andam Dewi, mendapat teror dari orang yang diduga erat kaitannya dengan kafe tempat mereka bekerja.
AIS (14), anak di bawah umur asal Padangsidempuan, mengaku mendapat teror melalui aplikasi WhatsApp. AIS diminta agar melarang orang tuanya untuk tidak mengadu ke polisi.
Baca Juga:
Tertawa di Tengah Teror: Film Korban Jatuh Tempo Usung Isu Pinjol dengan Gaya Nyeleneh
"Bilang nanti sama mamak mu ngak usah mau tanda tangan. Lagi pula biar aman kita. Tolong mamak (pengusaha cafe) ya. Dan ngak usah kasi mamak mu pergi ke Polres," bunyi pesan WhatsApp yang diterima AIS.
AIS mengaku oknum yang mengirimkan pesan adalah HM, yang diduga merupakan pemilik cafe.
AJA (14), korban lainnya, mengaku mendapat tekanan dari beberapa orang yang juga diduga berhubungan dengan cafe tempatnya bekerja.
Baca Juga:
Serangan Mengerikan di Yahukimo: 7 Tewas, Puluhan Penambang Masih Terjebak di Hutan
AJA menerima ancaman pasca ayahnya membuat laporan dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) ke Polres Tapteng. Ia mendapat teror dari FI dan PA melalui pesan WhatsApp.
"Yang chat, anak toke sama penjaga kafe," ujar AJA, di Kantor Dinas Sosial Tapteng, di Pandan, Rabu (15/10/2025), siang.
Pengakuan AJA, ia sempat membalas chat yang dilayangkan FI, hingga akhirnya FI membalas dengan kalimat "Udahlah dek, barbutnya sudah ada sama kami". Namun AJA tidak memahami maksud dari kalimat tersebut.