TAPTENG.WAHANANEWS.CO, Batang Toru - Perayaan KesetARaan - Serentak Berpacu dalam Kesetaraan dan Keberagaman (PERAN SEPADAN) yang digagas PT Agincourt Resources (PTAR), bukanlah hanya sekedar isapan jempol semata. Hampir satu dekade, pengelola Tambang Emas Martabe ini terus membangun budaya kerja yang adil dan setara bagi semua gender.
Kesetaraan dan keberagaman gender tercermin dalam komposisi jumlah karyawan perempuan yang selalu di atas 20 persen. Pada tahun 2024 keterwakilan perempuan mencapai 23,1 persen dari total karyawan PTAR dan mitra kerja.
Baca Juga:
Kemen PPPA Tekankan Pentingnya Kesetaraan Gender dalam Pembangunan
Angka tersebut meningkat dari 22,5 persen pada 2023, 21,65 persen pada 2022, dan 20,88 persen pada 2021. Pada 2020, PTAR mencatat persentase perempuan hingga 26 persen. Persentase ini jauh melampaui 8,3 persen perempuan yang bekerja di sektor pertambangan dan penggalian di Indonesia, mengutip data Badan Pusat Statistik per Agustus 2024.
"Karyawan perempuan di PTAR turut berkontribusi dari perencanaan tambang, pengolahan, K3, pemeliharaan, hingga lingkungan. Bahkan, 19 perempuan di antaranya menjabat posisi manajerial, termasuk tiga perempuan yang saat ini menduduki posisi komisaris dan director," kata Senior Manager Human Capital Development Agincourt Resources, Sandra Makadada, di sela-sela rangkaian kegiatan tahunan PERAN SEPADAN yang berlangsung beberapa waktu lalu, di Batang Toru, Tapsel.
Lebih jauh disampaikan, berbagai upaya dalam menciptakan lingkungan kerja yang setara terus dilakukan, seperti cuti melahirkan selama empat bulan dengan upah penuh, cuti ayah dua minggu, ruang laktasi, sistem evaluasi objektif, dan kebijakan anti pelecehan.
Baca Juga:
Menteri PPPA dan Ketua Umum PWI Pusat Antusias Kerjasama, Ini Isu Penting yang Dibahas
Upaya ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) ke-5 (Kesetaraan Gender), serta mendukung SDG ke-8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), dan SDG ke-10 (mengurangi ketimpangan).
"Bagi kita, semua orang berhak untuk bekerja dengan nyaman dan mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang. Oleh karena itu, budaya "speak up" diharapkan menjadi kekuatan kolektif untuk menciptakan tempat kerja yang aman dan inklusif bagi semua,” pungkas Sandra.
[Redaktur: Dzulfadli Tambunan]