Lebih dari itu, Tapanuli Tengah juga menghadapi tantangan sumber daya manusia. Kualitas tenaga kerja belum banyak terserap di sektor produktif.
Birokrasi pun masih perlu dibenahi, terutama dalam hal pelayanan publik dan transparansi anggaran. Selama hal-hal ini belum ditangani, kemandirian fiskal akan sulit tercapai.
Baca Juga:
Gotong Royong Warga Sialogo dan Masundung, Camat Lumut Turut Hadir
Namun, pesimisme bukanlah jalan keluar. Justru momentum delapan dekade ini harus menjadi titik balik bagi Tapanuli Tengah, yang hari ini merayakan hari jadinya.
Pemerintah daerah harus berani melakukan terobosan. Optimalisasi PAD bisa dilakukan dengan menghidupkan BUMD yang bergerak di sektor strategis seperti pariwisata, perikanan, dan energi terbarukan. Regulasi perizinan harus disederhanakan agar investor merasa nyaman.
Selain itu, sektor UMKM dan desa wisata harus diberdayakan sebagai tulang punggung ekonomi rakyat.
Baca Juga:
Tapteng Naik Kelas, Dominasi Penghargaan Lomba Sekolah Siaga Kependudukan Tingkat Provinsi
Kemandirian fiskal memang tidak tercapai dalam semalam. Ia membutuhkan perencanaan matang, konsistensi kebijakan, serta keberanian untuk mengubah pola lama yang serba bergantung pada pusat.
Tapanuli Tengah memiliki segala modal. Sejarah panjang, sumber daya alam melimpah, dan letak strategis di pesisir barat Sumatera.
Tinggal bagaimana pemerintah dan masyarakat mampu bersinergi untuk menjadikan potensi itu sebagai kekuatan ekonomi nyata.