Lebih jauh diungkapkan, pelayanan mengecewakan tidak hanya sekali ia terima di RSUD Pandan. Saat membawa putrinya tersebut berobat beberapa bulan lalu, kejadian miris dan memprihatinkan ia dapatkan. Perawat jaga meminta kain penutup kasur (bed cover) kepadanya.
"Gila, bagaimana mungkin mereka meminta alas penutup kasur ke keluarga pasien. Permintaan konyol itu," keluh Dzul.
Baca Juga:
10 Hingga 15 Menit, Operasi Katarak Gratis Tambang Emas Martabe Memakai Teknik MSICS
Ia menilai, jargon "Tapteng Naik Kelas" hanya isapan jempol bagi pengelola RSUD Pandan. Padahal, Bupati Tapteng telah menekankan agar pelayanan pada semua lini ditingkatkan.
"Bagi saya RSUD Pandan bukan naik kelas, tapi turun kelas," tegasnya.
Oleh karena itu, jurnalis yang memulai karir dari loper koran ini mendesak Bupati Tapteng mengevaluasi kinerja Direktur RSUD Pandan. Jika tidak mampu memimpin dan mengelola dengan baik, tidak perlu dipertahankan.
Baca Juga:
Hari Pertama Operasi Katarak Gratis Martabe di RSUD Pandan: 48 Mata Berhasil Dioperasi
"Ini menjadi pekerjaan rumah bagi Bupati dan Wakil Bupati Tapteng. Ini terkait pelayanan publik terhadap pasien dan masyarakat yang sangat membutuhkan. Bahkan ini menyangkut nyawa," tandasnya.
Direktur RSUD Pandan, Fadly Syahputra yang dihubungi melalui aplikasi WhatsApp, belum berhasil dikonfirmasi.
Sementara, Kepala TU RSUD Pandan, German Sitompul berdalih, lamanya pasien menunggu di ruang IGD diakibatkan ruang perawatan penuh. Satu bulan terakhir pasien di RSUD Pandan membludak.