"Saya bermimpi agar dalam dua tahun ke depan, permasalahan pertanahan di Kabupaten Tapanuli Tengah dapat terselesaikan," ujarnya.
Kantor Pertanahan berjanji akan mengukur ulang luas Hak Guna Usaha (HGU) PT. SGSR dan meninjau kembali perizinannya.
Baca Juga:
Gelar Rakercab, PAPDESI Tapteng Siap Sukseskan "Tapteng Naik Kelas Adil Untuk Semua"
Dalam pertemuan tersebut, perwakilan masyarakat, Kaira Malau, menyampaikan 12 poin tuntutan kepada PT. SGSR, antara lain pembongkaran jembatan yang menghambat aliran sungai, pembongkaran tanaman di area Daerah Aliran Sungai (DAS), penyediaan kebun plasma, pelaksanaan pesta syukuran tahunan, penjaminan akses jalan masyarakat, penyediaan lahan ternak, pemberdayaan masyarakat sekitar sebagai karyawan, penggantian kerugian material dan immaterial, dan pengakuan serta perlindungan tanah adat.
Tuntutan tersebut juga mencakup permintaan pengukuran ulang HGU PT. SGSR dan pengakuan tanah ulayat.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan dari kepolisian, kantor pertanahan, dinas terkait, camat, kepala desa, dan masyarakat terdampak.
Baca Juga:
Motivasi Mahasiswa, Bupati Tapteng Narasumber PKKMB STIE Al Washliyah
Kehadiran mereka menunjukkan keseriusan semua pihak dalam mencari solusi yang adil dan berkelanjutan. Pertemuan ini diharapkan menjadi langkah awal menuju penyelesaian yang memuaskan bagi semua pihak yang terlibat.
[REDAKTUR : HADI KURNIAWAN]