Riski menegaskan, gerakan yang dilakukan pihaknya murni dari hati pemuda dan masyarakat, karena menilai DPRD Tapteng tidak lagi fokus pada kepentingan masyarakat.
"Dewan Perwakilan Rakyat berubah menjadi dewan penindas rakyat," koar Riski, yang disambut dengan yel-yel "Hidup Rakyat Indonesia".
Baca Juga:
Profil Sushila Karki, Perdana Menteri Nepal Sementara yang Dipilih Generasi Z
Doni Dwi Prabowo, orator aksi lainnya menyebutkan, DPRD Tapteng telah gagal menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat. DPRD Tapteng juga tidak lagi berpihak kepada masyarakat.
Dalam kondisi ini, Doni menilai DPRD Tapteng telah kehilangan kepercayaan publik, yang berpotensi merusak stabilitas pemerintahan daerah.
"Kami menuntut agar DPRD Tapteng segera mengevaluasi diri. Rakyat akan terus menyuarakan perlawanan di jalanan," katanya.
Baca Juga:
Pimpinan DPR Setujui Hentikan Hak Keuangan Anggota Nonaktif
Kehadiran massa yang juga mendesak DPRD Tapteng membahas kasus dugaan penggelapan aset daerah dan dugaan penyalahgunaan Dana PEN ini, disambut empat Anggota DPRD Tapteng yakni, Deni Herman Hulu, Antonius Hutabarat, Joshua Habeahan, dan Joneri Sihite.
Aksi penyampaian pendapat yang mendapatkan pengawalan ketat dari pihak kepolisian dan TNI ini, berakhir pada pukul 14.15 WIB. Dengan tertib, massa meninggalkan Kantor DPRD Tapteng dan membubar diri.
[Redaktur: Hadi Kurniawan]