Aksi ini diwarnai dengan tabur bunga oleh orator aksi kepada anggota dewan dan pihak kepolisian di depan gerbang Gedung DPRD Tapteng.
Baca Juga:
Saat Dikepung Demo: Warga Jakarta WFA dari Bali, Pengusaha Hotel Happy
Aksi berjalan sportif dan kondusif, namun orator aksi menyayangkan adanya tindakan represif dari pihak kepolisian.
"Kita paham betul polisi di manapun harus melalui pendidikan di kepolisian, harus melayani, mengawal, mengayomi masyarakat. Namun apa yang terjadi hari ini?" ujar orator aksi.
Para mahasiswa juga menyinggung aksi ini dilakukan di bulan September, yang mereka sebut sebagai bulan "September berdarah" untuk mengenang tragedi G30S PKI dan peristiwa reformasi.
Baca Juga:
Usai Demo Tolak Tapera 8 Mahasiswa Jadi Tersangka di Makassar
Massa aksi juga menuntut agar seluruh kepala desa di Kabupaten Tapanuli Tengah diawasi terkait penggunaan dana desa. Mereka meminta agar DPRD Tapteng memberikan jawaban pasti terkait tuntutan mereka.
"Jika tidak ada jawaban, kami akan menembuskan surat ini ke perpustakaan dan menuntut agar masyarakat bisa bertemu dan menyampaikan pendapat secara resmi," tegas orator aksi.
Aksi ini berlangsung damai hingga selesai dengan harapan aspirasi mereka dapat didengar dan ditindaklanjuti oleh pihak terkait.