Mohon yang didampingi Arnol Pakpahan (60) menduga, selain dari kebun-kebun masyarakat yanga ada di pinggiran Sungai Sibuntuon dan Sungai Sosopan, pemasok utama kayu-kayu yang berhamburan ke Sungai Garoga berasal dari hutan-hutan yang ada di KM 11 hingga KM 16.
"Cek lapanganlah. Jangan hanya sekedar opini tanpa data dan fakta lapangan, yang akhirnya akan menjadi fitnah," tegas Mohon.
Baca Juga:
Ini Nama-nama Korban Bencana hidrometeorologi Kecamatan Sibabangun Tapteng
Mohon tidak menampik jika ada kebun PT TBS yang longsor di sebelah kanan Jalan Teluk Nauli, tepatnya di KM 6. Namun material longsoran jatuh ke arah utara kebun. Bukan ke arah selatan yang notabenenya lebih tinggi dari lahan yang longsor.
"Ada memang longsor, tapi ke arah utara. Ngak mungkin ke arah selatan (Muara Sibuntuon), karena medannya lebih tinggi," sebut Mohon.
Sementara itu, dua warga Desa Sibiobio, Yuliman Ziliwu (49) dan Natius Zendrato (50), merasa heran jika kayu-kayu yang berhamburan di Sungai Garoga disebut-sebut berasal dari kebun PT TBS.
Baca Juga:
PT TBS Terjunkan Alat Berat Perbaiki Jalan Nasional yang Amblas Akibat Bencana Longsor
Kedua sosok yang sangat mengenal alam Harangan Tapanuli ini mengaku sangat tidak masuk akal, jika potongan kayu yang hanyut dan berserakan di Sungai Garoga berasal dari kebun PT TBS.
Pasalnya, kebun PT TBS berada jauh dari daerah aliran sungai Sibuntuon dan Sungai Sosopan. Bahkan kebun PT TBS yang berada di sebelah kiri jalan Teluk Nauli terhalang oleh perbukitan tinggi disebelah kanan jalan.
Artinya, jika kebun PT TBS longsor, akan jatuh ke Sungai Hutagurgur dan Sungai Aek Mardugu yang bermuara ke Sungai Sibabangun. Kecuali jika bukit sebelah kanan jalan longsor. Sementara bukit di kanan jalan yang lebih tinggi dari kebun PT TBS tidak mengalami longsor.