Meskipun petani telah berupaya mengumpulkan dana secara mandiri, jumlah yang terkumpul tidak mencukupi untuk memperbaiki kerusakan yang ada.
"Kades memang sempat memberikan bantuan dana sebesar Rp 4 juta, tetapi itu tidak cukup. Pemilik lahan di sekitar lokasi sungai meminta agar area tersebut diperkuat dengan bronjong, yang membutuhkan biaya lebih besar," jelasnya.
Baca Juga:
Gelar Musrenbang, Prioritas Usulan Kecamatan Sibabangun Tahun 2026 Ditetapkan
Kondisi ini membuat para petani merasa putus asa. Jika tidak ada solusi dari pemerintah, mereka berencana untuk mengalihkan lahan sawah menjadi lahan perkebunan sawit daripada membiarkannya menjadi lahan terlantar.
Rohani Sihombing, petani lainnya, dengan nada sedih menunjukkan lahan pertanian yang mengering. Ia menjelaskan bahwa sebelumnya, lahan seluas 60 hektar tersebut selalu ditanami padi dan menghasilkan sekitar 50 ton gabah setiap panen.
"Kami memohon kepada Bapak Bupati Masinton Pasaribu untuk memperbaiki irigasi kami yang rusak. Kasihani kami, masyarakat kecil ini. Sudah lebih dari dua tahun kami tidak bisa bertani," tutur Rohani sambil menangis.
Baca Juga:
Aspirasi Terwujud, Warga Ucapkan Terima Kasih Kepada Anggota DPRD Tapteng Madayansyah Tambunan
Para petani semakin menjerit di tengah kenaikan harga beras yang semakin membebani hidup mereka. Rohani mencontohkan, dengan lima orang anak, mereka harus membeli setidaknya satu setengah kaleng beras setiap hari.